đ¸ Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie
Mengadukemosi. Rudy saat bersama Ilona. (Foto: Youtube) Demikianlah sepenggal kisah cinta dua sosok insan bernama Rudy dan Ilona, yang saya saksikan dalam film Rudy Habibie. Sungguh begitu mengaduk emosi saya, bahkan sempat terharu dibuatnya. Kemampuan akting dari Reza Rahadian sebagai Rudy Habibie, juga Chelsea Islan sebagai Ilona Ianovska
JAKARTA Setelah sukses dengan film pertamanya Habibie Ainun, MD Pictures merilis film Rudy Habibie. Sekuel kedua film yang diangkat dari kisah hidup presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie ini digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo. Sedangkan naskahnya ditulis oleh Gina S Noer yang pernah menggarap film Dua Garis Biru (2019
Satudi antara mereka juga memiliki keistimewaan atau kelebihan masing-masing. Di samping itu, setiap Presiden memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh presiden lainnya. Salah satu Presiden yang memiliki keistimewaan tersebut adalah Presiden BJ Habibie yang baru saja meninggal dunia pada 11 September 2019 sekitar pukul 18:05 di RSPAD
Judulfilm : Habibie Ainun. Sutradara : Faozan Rizal. Produksi : Manoj Punjabi. Tahun : 2012. Sinopsis Film : Kisah tentang Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan Ainun. Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk
Kelebihandan kekurangan film rudy Habibie - 14348971. saddamhusen285487 saddamhusen285487 12.02.2018 B. Indonesia Saya benar-benar melihat Habibie dalam dirinya. Chemistry-nya dengan Bunga pun terasa sekali. Buat saya sih pertama kalinya melihat Bunga begitu anggun dan keibuan. Bunga cukup berhasil memperlihatkan sosok istimewa seorang Ainun.
Kelebihandan Kekurangan Kepemimpinan B.J. Habibie Bachrudddin Jusuf Habibie yang dikenal dengan sebutan B.J. Habibie, lahir di Pare-Pare Sulawe si Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936.
Kelebihandan kekurangan teks biografi bj habibie . Question from @Afif293 - Sekolah Menengah Pertama - B. indonesia Articles Register ; Sign In . Afif293 @Afif293. November 2019 2 16 Report. Kelebihan dan kekurangan teks biografi bj habibie sudyartini Kelebihannya kita bisa mengetahui seorang b. j habbibie yang sebenarnya kita tidak
1 Film yang mengisahkan masa muda BJ Habibie ini benar-benar penuh inspirasi, bagaimana melalui pendidikan membangun karakter manusia Indonesia, baik karakter kinerja maupun karakter moral, di mana Pak Habibie atau Rudy Habibie menjadi role model. 2. BJ Habibie juga bukti bahwa siapa saja bisa punya kesempatan yang sama memperoleh pendidikan
KelebihanDan Kekurangan Film Rudy Habibie. Film cerita panjang pertamanya untuk bioskop sebagai sutradara, habibie & ainun (2012), bukan hanya berhasil secara teknis dan estetika tetapi juga mendulang sukses komersial yang luar biasa. Rudy habibie (habibie & ainun 2) merupakan film "prekuel" dari habibie & ainun (2012) yang sangat sukses
. - Setelah lebaran nanti, film Rudy Habibie, prekuel dari film Habibie Ainun yang booming di tahun 2012 lalu, akan tayang. Jika kamu salah satu penggemar dari mantan presiden BJ Habibie, yang juga menggemari film Habibie Ainun, tentunya kamu sudah tak sabar untuk segera menyaksikan film yang sarat dengan nilai perjuangan seorang tokoh negara tersebut. Nah, berikut ini adalah alasan-alasan tak terduga yang pastinya akan membuatmu ingin menonton film tersebut, yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber, Rabu 30/3. BACA JUGA Dosen ini sedih dapat jawaban SMS mahasiswa zaman sekarang 1. Ada si cantik Chelsea Islan foto Kalau di film sebelumnya, Ainun Habibie tahun 2012 kamu akan menemukan Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Ainun, maka di film ini kamu akan menemukan Chelsea Islan yang berperan sebagai Ilona. 2. Menceritakan tentang cinta pertama Habibie foto Nah, Chelsea Islan yang juga berperan sebagai Ilona ini merupakan cinta pertama Rudy Habibie sebelum bertemu dengan Ainun, lho. Kamu akan dibuat terkesima dengan keindahan romansa Rudy dan Ilona ini 3. Film ini disebut juga dengan film Habibie & Ainun 2 foto Tak tanggung-tanggung, film yang diklaim sebagai prekuel dari film Ainun Habibi ini juga disebut sebagai film Ainun & Habibie 2. 4. Diangkat dari buku Rudy Habibie karya Gina S Noer foto Tak asal sembarang film, film Rudy Habibie ini diangkat dari buku dengan judul yang sama karya Gina S Noer. Gina S Noer merupakan salah satu penulis kebanggaan Indonesia, lho. 5. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo foto Tentunya sepak terjang Hanung Bramantyo sebagai salah satu sutradara kawakan Indonesia tak perlu diragukan lagi. Nah, kali ini, sutradara yang didaulat untuk mengarahkan proses produksi film Rudy Habibie ini adalah Hanung, lho. Semakin penasaran, kan? 6. Dibintangi pula oleh Ernest Prakasa foto Masih inget bagaimana kocaknya akting Ernest Prakasa di film Ngenest. Berhasilnya film Ngenest membuat Ernest menjadi salah satu aktor yang dipertimbangkan. Buktinya, ia pun didaulat untuk ikut bermain di film Rudy Habibie ini. 7. Menguak fakta masa kecil Habibie foto Ketika di film Ainun & Habibie tahun 2012 yang lebih diceritakan adalah pertemuannya dengan ainun serta perjalanan karirnya sebagai presiden, di Rudy Habibie, justru akan benar-benar mengupas masa lalu Habibie, lho. Dan tentunya akan banyak fakta-fakta yang bisa terkuak dari masa kecil Habibie. brl/pep Recommended By Editor Meme 'Raksasa dari Jogja' ini romantis banget, bikin baper berat! Kenalkan Aan Mansyur, penulis puisi romantis Rangga 'AADC 2' Rudy Habibie, Prekuel Film Habibie-Ainun ini bikin kamu trenyuh! 20 Meme trailer AADC 2, dari bikin ngakak sampai baper Deretan film Suzanna yang paling ngeri, nggak mungkin nggak merinding!
Rudy HabibiePERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Kisah cinta sejati antara presiden Republik Indonesia ketiga BJ Habibie dan sang istri, Hasri Ainun yang diangkat dalam film Habibie & Ainun sukses membuat baper para penontonnya. Menyusul kesuksesan film tersebut, rumah produksi yang sama kembali mengeluarkan film kedua yang merupakan prekuel dari cerita Habibie & Ainun. Pada film berjudul Rudy Habibie atau yang dikenal juga dengan Habibie & Ainun 2 ini, kita akan melihat perjalanan hidup Habibie muda saat bersekolah di Jerman. Berikut review dan sinopsisnya! Sinopsis Film berdurasi 124 menit ini berfokus pada kisah BJ Habibie saat masih menempuh pendidikan di Aachen, Jerman. Sejak kecil, Habibie dikisahkan sudah tertarik dengan dunia penerbangan. Habibie pun selalu teringat pesan sang ayah sebelum meninggal dunia agar ia bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Di Jerman, Habibie bergaul dengan para mahasiswa dan mahasiswi lainnya yang juga berasal dari Indonesia. Mereka adalah Liem Keng Kie, Peter, Poltak, dan Ayu. Mereka sama-sama berjuang untuk lolos ujian masuk kampus RWTH. Habibie dikenal sebagai sosok yang jenius. Namun ia juga sering diremehkan oleh para senior-senior yang merupakan mantan Laskar Pelajar. Habibie dan teman-temannya berhasil lolos dan menjadi mahasiswa RWTH. Selain kesibukan akademis, mereka juga disibukkan dengan kegiatan organisasi di Perhimpunan Pelajar Indonesia atau PPI. Mulanya, Habibie tak tertarik pada PPI. Namun ia kemudian ikut bergabung dan menjadi ketua PPI cabang Aachen. Habibie memiliki mimpi untuk menjadikan PPI sebagai wadah bagi para mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk bisa membangun Indonesia, terutama di industri penerbangan. Namun visi Habibie tersebut mendapat banyak pertentangan, baik dari para anggota PPI yang kontra dengannya hingga dari pihak pemerintah Indonesia. Selain diisi dengan kegiatan perkuliahan dan organisasi, kehidupan Habibie di Jerman juga diisi dengan kisah cintanya bersama gadis Polandia bernama Ilona. Tak hanya Ilona, teman Habibie, Ayu yang merupakan putri dari Solo juga sempat menyukai Habibie. Namun Habibie memilih Ilona dan mereka berdua pun berpacaran hingga sering menghabiskan waktu bersama. Sementara itu permasalahan di PPI kian hari menjadi kian pelik. Habibie dan teman-temannya mendapat berita jika pemerintah Indonesia tak akan membiayai program pembangunan mereka. Beli voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Namun Habibie tak menyerah. Ia tetap melanjutkan program tersebut hingga berhasil mendapat sponsor. Pemerintah Indonesia kembali menegaskan akan mencabut beasiswa para mahasiswa yang tetap menjalankannya. Teman-teman Rudy yang takut beasiswanya dicabut pun meminta Rudy menghentikan program tersebut. Namun Rudy yang memiliki paspor hijau dan bukanlah mahasiswa ikatan dinas tetap bersikeras menjalankannya. Akibat kelelahan, Rudy akhirnya jatuh sakit dan divonis mengalami TBC tulang. Ibu Rudy pun datang menjenguk ke Jerman. Di Jerman, Ibu Rudy mengetahui jika Rudy tengah dekat dengan Ilona. Ia kemudian mendatangi Ilona dan menanyakan keseriusannya. Ilona tampak ragu akan cinta Rudy. Semenjak itu, Ilona mulai menjauh dari Rudy. Rudy yang sakit pun memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia agar bisa memulihkan kesehatannya. Namun sebelumnya, ia sempat mencari Ilona. Ilona sebenarnya ingin agar Rudy tetap di Jerman dan meyakinkan Rudy bahwa kejeniusannya tidak layak untuk Indonesia. Namun Rudy yakin bahwa ia harus pulang ke Indonesia dan percaya jika Indonesia bisa berkembang seperti yang ia impikan. Sementara program pembangunan PPI kini diambil alih oleh PPI Hamburg. Rudy dan Ilona sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka. Sebelum pulang, Rudy pun berkumpul dengan teman-temannya untuk menghadiri kongres di Praha. Senior Laskar Pelajar yang dulu sering memusuhinya pun kini mengakui kehebatan Rudy.
Film ini memang sekuel dari film Habibie & Ainun 2012, sehingga memiliki judul alias âHabibie & Ainun 2â. Digarap oleh rumah produksi berdana besar dan berpengalaman panjang yaitu MD Pictures dengan produser Manoj Punjabi, penonton bisa berharap tontonan yang menarik. Sebagai seorang kritikus film independen tanpa bayaran, saya tentu mengharapkan lebih. Karena ini film biografi dengan latar sejarah, satu yang saya soroti adalah bagaimana sutradara dan seluruh crew film menampilkan keakuratan detail di layar perak. Dan, dengan melihat sekali saat tayang perdana untuk umum di bioskop Kamis 30/6 kemarin, sedikit-banyak saya cukup terpuaskan. Walau, tetap saja, tak ada gading yang tak retak. OK. Kita mulai saja ulasannya. Untuk menonton film ini, diharapkan Anda sudah menyaksikan sekuel film pertamanya,Habibie & Ainun 2012. Karena ada beberapa bagian yang sangat terkait dengan film itu. Tetapi bila tidak pun, sebenarnya tidak masalah. Hanya saja, karena bagi orang Indonesia sosok Prof. Dr. Ing. Bacharudin Jusuf Habibie begitu terkenal, cerita dan karakter di film ini terasa asing karena memang tak tampil di kehidupan sang presiden ketiga negara kita itu. Karakter utama film ini tentu saja Rudy Habibie, yang masih menempuh studi S-1-nya di Jerman, tepatnya di RWTH Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule di kota Aachen. Bila di film pertama dikisahkan saat ia menempuh studi doktoral hingga jadi Presiden, maka berarti film ini bisa dibilang prekuel dari serial pertamanya. Satu hal kecil namun terasa mengganggu bagi penonton dengan detail seperti saya adalah ketiadaan penjelasan waktu terjadinya peristiwa. Pada tulisan di layar, hanya ada tulisan nama kota. Padahal, bukan hal sulit mencantumkan tambahan âAachen-Jerman, awal 1960â misalnya. Ini akan terasa mengganggu ketika ada tokoh historis Bung Karno dimunculkan di layar. Padahal kita tahu, Habibie justru adalah pendukung utama Soeharto, presiden kedua Indonesia yang menggulingkan sang proklamator. Konflik ini akan muncul di seperempat akhir film. Tapi marilah kembali fokus ke cerita, yang tampaknya diinginkan pihak produser dan sutradara agar penonton terbuai di sana. Kisah dimulai saat Rudy kecil dan adiknya Fanny sedang bermain bersama teman-temannya di Pare-pare. Mereka melihat empat pesawat milik tentara Dai Nippon sedang membom pelabuhan. Habibie nyaris terjatuh dari tebing karena selain asyik, juga terkejut ternyata pesawat yang disenanginya malah melakukan hal jahat. Sementara di rumahnya, ibu mereka Dian Nitami âyang dipanggil mami- memutuskan mengungsi. Padahal ayah dan kedua anak lelakinya itu belum pulang. Rudy bertemu ibu dan keluarganya di jalan, tapi ia kembali ke rumah karena tak mau meninggalkan buku dan pesawat model mainannya yang disebut âMeccanoâ. Saat tiba di rumah, tak lama sang ayah pun pulang mendapati rumah sudah berantakan. Ia memaksa kedua anaknya untuk segera pergi walau Rudy belum sempat menyelesaikan berkemasnya. Kisah masa kecil Rudy inilah yang kemudian di sepanjang film menjadi semacam jangkar bagi Rudy muda yang tengah menempuh pendidikan jauh di negeri orang. Kisah lantas beralih ke saat Rudy menempuh pendidikan strata satu di Jerman. Ia termangu di depan sebuah gereja yang direkomendasikan dari tanah air. Seorang pastor yang keluar memperkenalkan namanya, dan meski ia orang Jerman, tapi ternyata fasih berbahasa Indonesia. Ternyata Pastor Gilbert itu adalah teman dari Romo Soegijapranata -Uskup Semarang- saat masih di seminari. Bersama sang pastor, Rudy mencari rumah yang mau menampung dirinya untuk indekost. Ternyata, profilnya dari negara bernama Indonesia yang tidak dikenal membuatnya sulit diterima. Dan itu bukan kesulitan pertamanya sebagai mahasiswa, walau ia digambarkan fasih berbahasa Jerman dan Belanda, yang merupakan bahasa serumpun, selain bahasa Inggris dan juga Prancis. Rudy yang kaku dan cenderung kuper ternyata ditaksir beberapa wanita karena kepintarannya. Di film ini digambarkan ia menjadi bintang di sebuah pesta yang diadakan oleh PPI Perhimpunan Pelajar Indonesia. Tetapi tentu saja romansa yang terjalin adalah antara Rudy dengan Ilona, dengan bumbu cinta tertolaknya Ayu. Detailnya tentu lebih nyaman bila disaksikan sendiri. Oh ya, karena kita tahu bahwa Habibie akhirnya menikah dengan Ainun, tentu bukan rahasia bila penonton bisa menebak bahwa kisah romansanya dengan Ilona juga pada akhirnya kandas. Dalam bagian-bagian berikutnya, saya lebih memilih membahas mengenai beberapa aspek dalam sinematografi daripada jalan ceritanya. Karena untuk hal ini, lebih terasa asyik bila menonton langsung filmnya di bioskop. Oh ya, ada âintipanâ juga untuk sekuel ketiganya pasca film sebelum credit title. Sebuah gaya keren yang meniru model filmnya Marvel. Alur dan Teknik Penceritaan Rudy Habibie sedang mengikuti ujian masuk RWTH Foto MD Pictures Rudy Habibie sedang menempuh ujian masuk RWTH. foto MD Pictures Satu hal yang harus sangat diingat penonton, film ini fiktif berlatar historis. Hanya âbased on inspiring true storyâ bukan âtrue storyâ. Diangkat dari buku berjudul Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S Noer. Beberapa karakter saya ragukan keaslian historisnya karena saya sama sekali tak membaca bukunya. Seperti karakter Ayu yang digambarkan sebagai âputri raja Soloâ yang bahkan didampingi abdi dalem saat kuliah di Jerman. Apakah karakter ini benar ada? Berarti ia adalah salah satu putri âraja Soloâ, walau tak jelas yang mana, apakah Kasunanan Surakarta atau Kadipaten Mangkunegaran? Bila karakter ini historis dan faktual, bukankah sama saja menyatakan putri sang raja tertolak cintanya oleh Habibie dan itu sedikit banyak mempermalukan harkat dan martabatnya? Patut dicatat saya menulis resensi ini dengan mengesampingkan wawancara dengan para pemain dan produser yang saya lihat di televisi. Juga ketiga karakter antagonis yang dikisahkan merupakan veteran dari âLaskar Pelajarâ yang juga sedang belajar di RWTH. Apalagi mereka bertiga sampai menghajar Rudy secara fisik. Padahal seringkali mereka juga mem-bully-nya. Agak tidak masuk akal juga seorang di antaranya yaitu Panca Cornelio Sunny sampai membawa-bawa pistor Luger ke mana-mana. Walau tentu regulasi di Jerman bisa berbeda, agak aneh seorang WNA bisa bebas bersenjata api. Alur penceritaan film ini maju dengan beberapa kilas balik flash-back ke masa lalu Rudy kecil. Teknik penceritaannya adalah melalui âGodâs eyeâ atau âangelâs eyeâ yang menunjukkan seolah kita melihat rekaman hidup Rudy dan para karakter di sekitarnya. Semacam reka ulang non-dokumenter dengan bumbu dramatisasi di sana-sini. Yah, soal dramatisasi ini saya merasakan aroma âlebayâ di beberapa scene. Pertama adalah adegan saat Rudy masih kecil. Adegan ini bahkan dua kali diulang sebagai kilasan memori. Itu adalah adegan saat pengungsi tampak berjongkok sambil menutup telinga di sebuah lapangan, sementara di latar belakang mereka tampak ada ledakan dari bom yang dijatuhkan pesawat. Duh, adegan berteriak sambil berjongkok dan menutup telinga itu terlihat sekali diaturnya. Tidak alami. Kedua adalah saat Alwi Abdul Jalil Habibie Donny Damara ayah Rudy Habibie meninggal dunia saat sedang menjadi imam shalat. Luar biasa khusnul khatimah-nya. Apalagi ditambah adegan slow-motion para anggota keluarga yang menangis, tentu saja untuk memancing penonton ikut menangis terharu. Pemain dan Karakter Ilona dan Rudy Foto MD Pictures yang dimuat Ilona dan Rudy Foto MD Pictures yang dimuat Mengenai para pemain, saya terutama memuji penampilan Chelsea Islan sebagai Illona Ianovska, yang mampu mengimbangi pasangan mainnya yang lebih senior Reza Rahadian sebagai Rudy Habibie. Hanya satu kekurangan, teknologi perfilman kita belum mampu membuat tokoh seperti Dwarf di trilogy film The Lord of The Ring dan The Hobbit. Sehingga Rudy di film sama jangkungnya dengan pemerannya, dan jelas lebih tinggi daripada Rudy historis yang masih hidup. Tak heran terlihat ada satu adegan di taman dimana Chelsea mengenakan sepatu berhak tebal demi mengimbangi ketinggian fisik pasangan mainnya itu. But, after all, dengan kepiawaian acting keduanya, soal kekurangan penampilan fisik tertutupi dengan baik. Satu pemain lagi yang mampu mencuri hati saya adalah Indah Permatasari yang memerankan Ayu. Ia mampu tampil kenes dan menggemaskan, sesuai karakter putri Solo yang diperankannya. Padahal ia baru berusia 18 tahun lho. Kelemahan pemilihan pemain justru tampak dari pemain pendukungnya. Saya sangat mempertanyakan pemilihan tiga komika stand-up comedian di film ini, yaitu Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa dan Boris Bokir. Padahal, peran mereka serius. Hanya karakter milik Boris yaitu Poltak Hasibuan yang agak kocak, lainnya tidak. Kerancuan ini nampak jelas karena saat Ernest pertama kali muncul, banyak alay yang menonton di bioskop bersama saya tertawa. Sementara Pandji rupanya agak kurang dikenali para alay dan mampu tampil cukup perform dengan perannya sebagai Peter, senior Rudy. Selain mereka bertiga, riasan Dian Nitami sebagai ibunda Rudy Tuti Marini Puspowardojo, agak kurang pas. Masih terlihat terlalu muda. Walau jujur, saya tak tahu berapa tepatnya usia Mami Rudy di masa Rudy masih seusia anak sekolah dasar. Tapi di hati kecil saya berharap kemunculan pemain seusia Christine Hakim untuk memerankannya. Namun setelah saya pikir, seharusnya usia maminya Rudy masih sekitar 30-40-an tahun saat itu, karena âorang zaman doeloeâ banyak yang menikah muda. Maka, riasan dengan rambut beruban justru terlalu berlebihan. Sementara karakter ayah Rudy tampil cukup kuat walau hanya sebentar saja durasinya. Property, Wardrobe dan Detail Lain Karakter dari kiri ke kanan Peter, Liem Keng Kie, Rudy, Mami Habibie, Ayu, Poltak Sumber foto Karakter dari kiri ke kanan Peter, Liem Keng Kie, Rudy, Mami Habibie, Ayu, Poltak Sumber foto Saya memilh tak menterjemahkan kedua istilah perfilman itu dari bahasa Inggris, walau ada padanannya yaitu âperlengkapanâ dan âbusanaâ, tetapi terasa kurang pas. Karena ada konotasi atau rasa bahasa yang terasa kurang dari terjemahannya. Satu kelemahan fatal dari wardrobe adalah busana Bung Karno. Well, digambarkan Bung Karno pernah mengunjungi Jerman. Pakaian sang Bung Besar digambarkan di film begitu kedodoran dan tak pas di badan. Jahitannya pun tak rapi. Saya agak heran dengan kelemahan detail itu. Padahal, Bung Karno terkenal dandy dan trendy. Agak sulit dipercaya pakaian jas yang dikenakan seorang presiden seberantakan itu. Demikian pula ia tampil polos dengan jas putih saja, tanpa mengenakan atribut kemiliteran sebagai Pangti ABRI/KOTI sama sekali. Padahal, dari foto-foto sejarah, kita tahu Bung Karno selalu tampil sebagai panglima militer tertinggi lengkap dengan beragam tanda jasa di dadanya, terkadang malah dilengkapi bintang lima di pundaknya. Karakternya memang cuma sepintas tampil saja, walau malah disayangkan wajahnya yang jelas tak mirip sempat tampil. Padahal justru pengambilan gambar dari punggung dan hanya tangan saja lebih pas. Selain itu, secara umum wardrobe cukup teliti dalam memotret busana era 1960-an. Walau begitu, detail lain saya puji, yaitu artikel di koran Jerman tentang kedatangan Soekarno di sana. Walau tentu untuk era digital printing seperti ini tak sulit membuatnya, beda kasus bila film ini dibuat 20 tahun lalu misalnya. Terakhir, yang amat saya sayangkan, keberpihakan pembuat film ini âentah disengaja atau tidak- pada rezim Orde Baru-nya Soeharto teramat sangat terasa. Koran yang memuat berita soal Soekarno tadi misalnya, cuma dijadikan alas shalat darurat oleh Rudy, yang setelahnya jelas Rudy membuangnya begitu saja. Demikian pula di seperempat terakhir film terasa sekali nuansa anti-Soekarno digambarkan di sana. Tokoh antagonis pun disebut dari âLaskar Pelajarâ, yang jelas terlalu dekat penamaannya dengan kesatuan historis âTentara Pelajarâ. Dan pertentangan terhadap penyelenggaraan Seminar Pembangunan kontra Front Nasional merupakan penggambaran yang terlalu telanjang terhadap suasana pro-kontra Soekarno dan rezim Orde Lama. Oh ya, penamaan Orde Lama dan Orde Baru pun sebenarnya bias, karena diciptakan oleh rezimnya Soeharto. Rudy pun digambarkan berani bicara keras âbahkan sambil menudingkan telunjuk tangan- kepada Bung Karno, satu hal yang terasa mustahil benar terjadi. Bung Karno memang dikenal dekat dengan rakyat hingga siapa saja bahkan bisa masuk istana saat ia menjabat. Tapi, di era 1960-an usai ia diangkat jadi Presiden Seumur Hidup oleh MPRS pada 15 Mei 1963, posisinya sudah begitu absolut dan membuat orang takut. Tidak mungkin seorang mahasiswa âapalagi sesantun Habibie muda- berani menudingkan telunjuk kepada presiden. Apalagi Habibie digambarkan selain santun juga sangat menghormati orang yang lebih tua. Bagaimana pun, Bung Karno adalah orang tua yang kebetulan diamanatkan sebagai presiden kita saat itu. Mengenai property, pemilihan lokasi sangat cermat. Penggambaran setting di Indonesia, Jerman dan Chekoslovakia bagus. Penonton akan dibawa ke suasana Jerman di masa 1960-an. Walau sekarang banyak kota di Jerman sudah banyak berubah, menemukan lokasi yang tepat tentu sebuah tantangan tersendiri. Detail kecil seperti kotak telepon umum serta telepon yang nomornya diputar tentu juga merupakan sebuah kerja yang tidak mudah dari tim yang bertugas. Dan ini saya pujikan telah dikerjakan dengan baik. Detail lain adalah pada bahasa. Saya memuji penggunaan bahasa Jerman yang cermat dan tanpa kesalahan tata bahasa. Kebetulan saya cukup menguasai walau mungkin tak sefasih Habibie. Dalam film, tantangan terberat ada pada karakter Ilona, seorang Polandia yang mampu berbahasa Jerman, Inggris bahkan bahasa Indonesia. Dan luar biasanya, Chelsea Islan bahkan mampu memerankannya dengan sangat baik sampai saya lupa dia orang Indonesia! Pesan & Hikmah Bagi Penonton Seusai menonton film ini, penonton tentu diharapkan terinspirasi dari perjuangan Habibie muda. Nama Habibie sendiri sebenarnya nama keluarga, tapi kita memang mengenal Bacharudin Jusuf Habibie sebagai Habibie saja, walau ada banyak Habibie lain di keluarga beliau. Penggambaran film biografi âsebagaimana juga buku biografi- yang dilakukan dengan supervisi pemilik riwayat hidup terkait, memang sulit untuk obyektif. Hampir pasti yang ditonjolkan adalah sisi-sisi positifnya saja. Kecil kemungkinan ada cacat dan cela yang ditampilkan. Walau masih lebih baik biografi dengan supervisi daripada otobiografi. Namun, tentu yang paling obyektif adalah biografi yang ditulis ahli tanpa supervisi. Jadi, harus dimaklumi bila sebagian besar cerita semata adalah hal positif. Secara pribadi, saya terinspirasi oleh Rudy Habibie muda yang menghadapi tantangan tidak ringan dalam studinya. Habibie yang berkali-kali mengatakan âsaya gagalâ pun saya alami. Karena sebagai sesama perfeksionis, kegagalan adalah hal yang paling ditakuti. Dan Rudy Habibie muda ternyata juga sulit memperoleh teman yang percaya pada visinya. Bagaimana pun, film ini bagus untuk edukasi, terutama bagi generasi muda. Dan di hari perdana penayangan untuk umum kemarin, kursi bioskop terisi penuh. Bisa jadi target âangka sakralâ 1 juta penonton bisa ditembus film ini, seperti halnya telah sukses dilakukan sekuel film pertamanya. Pada akhirnya, kerja keras crew film yang dipimpin Hanung Bramantyo sebagai sutradara harus diberikan apresiasi tinggi. Proficiat! Tulisan ini juga dimuat di Kompasiana
kelebihan dan kekurangan film rudy habibie