🦫 Hadits Semua Hanya Titipan Allah
makaapabila diberi kecantikan wajah ,maka kita haruas mensyukurinya jangan tidak pandai bersyukur ,karena semua itu hanya lah titipan Allah maka tutplah auratmu itu ,karena apabila kamu memperlihatkan auratmu itu sesungguhnya itu ada pertanggung jawabannya disisi Allah swt. dan Allahswt sangat benci
YaumulHisab adalah hari perhitungan semua amal perbuatan baik maupun buruk manusia selama hidup di berjalan kaki, dan belum dikhitan." (Hadits shahih. Diriwayat-kan oleh al-Bukhari, no. 6043) Ada juga yang berkendaraan. Namun tidak sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka. bukan punya kita namun hanya titipan Allah agar kita
RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallambersabda. "Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." (HR. Al-Tirmidzi, beliau berkata: hadits hasan. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami': 6222) Sil'ah adalah barang yang ditawarkan dalam perdagangan.
PelajaranHadits. Dari hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas, kita mendapatkan banyak pelajaran penting. Antara lain sebagai berikut: 1. Munafik adalah orang yang nifaq, antara lahir dan batinnya tidak sama (bertolak belakang). Yang paling parah adalah ketika secara dzahir mengatakan beriman tetapi hatinya kafir.
SemuaHanya Titipan • Umat Muhammadiyah Semua yang kita miliki adalah titipan, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Se
Sebaikbaik harta titipan adalah harta yang bisa bermanfaat untuk Agama, sesama dan kemaslahatan umat. Hal ini juga berlaku untuk titipan-Nya yang lain selain harta, baik berupa jabatan, anak bahkan pada pasangan. Secantik dan sebesar apapun kita mencintai pasangan kita hakikat-Nya ia hanyalah milik Allah.
AYOBERQURBAN. Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu 'alâ rasûlillâh, Pembaca yang dirahmati Allahﷻ, berqurban merupakan salah satu amalan baik dan sunnah untuk dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allahﷻ, seperti hadits dari Asy-Sya'bi dari al-Barra' ﷺ dia berkata, Nabi ﷺ bersabda
Saudaraku jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa-apa jika Alloh Swt. tidak memberi kepada kita.
AbuHurairah berkata, 'Itulah manusia terakhir kali masuk surga.'. - Hadits Bukhari. 3. Abu Hurairah pernah mengatakan; "Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, aku pernah menempelkan lambungku di atas tanah karena rasa lapar, aku juga pernah mengikatkan beberapa batu diperutku karena rasa lapar.
. JAKARTA - KH Ali Yafie dalam bukunya, Menggagas Fiqih Sosial mengatakan, ajaran Islam menempatkan harta benda dalam jajaran lima kemaslahatan dasar. Sebab, harta merupakan salah satu kepentingan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Namun, Islam juga menempatkan harta benda sebagai ujian bagi manusia. Ini seperti ditegaskan surah Al-Taghaabun ayat 15, yang artinya, "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu ...." Di satu sisi, hak kepemilikan seseorang atas harta benda tetap dihormati dan dilindungi. Akan tetapi, di sisi lain harta benda itu pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah SWT. Sebab, Dialah Yang Mahamemiliki. Maka dari itu, seorang insan harus memanfaatkan harta bendanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT. Ketika Nabi Muhammad saw tengah menderita sakit dan menjelang ajalnya, beliau hanya memiliki uang tujuh dinar. Khawatir kalau sampai meninggal dunia uang tersebut masih berada di tangannya, Nabi SAW pun menyuruh menyedekahkan seluruh uang itu kepada fakir miskin. ''Bagaimana nantinya jawab Muhammad kepada Tuhannya, sekiranya ia menghadap Allah sedangkan uang itu masih ada di tangannya,'' kata beliau. Demikianlah, Rasulullah saw pergi meninggalkan dunia fana ini menghadap Allah SWT tanpa meninggalkan uang sepeser pun. Nabi SAW tidak meninggalkan sesuatu harta benda kepada siapa pun, termasuk kepada keluarganya. Sekalipun demikian, Nabi secara cemerlang telah meninggalkan suri teladan dan contoh kehidupan yang indah. "Sesungguhnya pada diri Rasululllah itu suri teladan yang baik bagimu" QS Al-Ahzab 121. Ya, beliau hidupnya sangat bersahaja dan tidak terlalu merisaukan harta benda. Aisyah pernah berkata, ''Kiranya tuan makan hanya sekadarnya kenyang saja.'' Menjawab istrinya ini Nabi berkata, ''Wahai Aisyah! Buat apa dunia ini bagiku. Para rekanku, rasul-rasul ulul azmi telah bertahan atas hal-hal yang lebih berat dari yang aku rasakan. Aku malu, kalau sampai aku menghadap Tuhanku akan tak mencapai martabat seperti mereka." Sebagai pemimpin, beliau ingin memberikan contoh kepada para pemimpin lainnya agar selalu mendahulukan kepentingan rakyat katimbang diri dan keluarganya. Karenanya, Nabi pernah menolak permohonan putri tercintanya, Fatimah, yang menginginkan seorang pembantu di kediamannya yang berasal dari tawanan perang. Nabi menganggap masih ada orang lain yang lebih membutuhkannya. sumber Hikmah Republika oleh Alwi Shahab
Tiada yang tahu kapan kita akan di panggil oleh Yang Maha Kuasa, tiada yang tahu kapan waktu kita akan mendapat giliran kedatangan malaikat pencabut nyawa, tiada yang tahu apakah malaikat maut itu datang dengan wajah yang manis atau sebaliknya, sungguh tiada yang tahu, karena semua adalah Rahasia-Nya, kita hanya seorang hamba yang melakoni sebuah kisah demi kisah, cerita demi cerita yang tak kan pernah terhenti hingga waktu pengangkatan nyawa kita. Ketika waktu itu datang, maka tugas kita di dunia telah selesai, namun ada tugas baru lagi yang akan menghampiri kita di akhirat sana, maka bersiaplah selalu dengan tugas itu, karena bila amalan tak cukup, perbuatan kita di dunia meresahkan dan kufur nikmat, maka tugas berat akan menghampiri kita, sebaliknya bila amalan yang kita bawa cukup, nilai kita dari malaikat pencatat amal baik itu bagus tidak ada tinta merah, maka tugas kita akan ringan dan Allah swt tempatkan kita di tempat yang lebih baik dari yang kita dapatkan di dunia ini. Allahu Akbar. Kita hanya titipan, suami kita, anak-anak kita, kedua orang tua kita dan semua yang ada di dunia ini adalah titipan. Suami titipan untuk istri, istri titipan untuk suami dan anak-anak adalah titipan untuk kedua orang tuanya, dan orang tua kita adalah titipan untuk kita, sebagai anaknya. Semua harus kita jaga dengan baik, jangan salah menjaga dan jangan salah menanam akhlaq, seperti hal nya sebuah barang, bila ada seorang teman yang menitipkan barang pada kita, maka kita akan menyimpannya dengan rapi bukan…? karena kita tidak mau teman kita marah dan tidak percaya lagi pada kita, bila barang yang dititipkannya itu rusak atau hilang. Demikian juga halnya dengan anak-anak kita, suami kita dan orang tua kita, kita harus menjaganya dengan baik, kita harus mengikatnya dengan ketaatan, menyimpannya dengan kataqwaan, dan membungkusnya dengan aqidah dan akhlaq yang baik, karena semua akan di tanyakan di akhirat sana, bakti kita pada kedua orang tua kita, taat kita pada suami dan sayang kita pada anak-anak yang jadi amanah dari Allah swt. Semua hanya titipan, bila salah satu dari yang kita sayangi harus diambil oleh yang punya, maka kita harus ikhlas mengembalikannya, walaupun kita suka dan sangat sayang, kita tidak bisa menolaknya dan tidak bisa menyembunyikannya, karena itu bukan hak kita, itu adalah hak sang pemilik barang tersebut. Masih ingat dalam benak saya ketika liburan tahun 2009, saya sekeluarga pergi berlibur ke Indonesia untuk melepas rindu pada kedua orang saya serta kedua orang tua suami, tahun itu adalah tahun terakhir perjumpaan saya dengan seorang gadis kecil yang cantik dan lincah, dia adalah anak dari kakak ipar adik saya yang bungsu, anaknya cantik rambutnya panjang dan lincah serta sopan dan baik hati, umurnya baru delapan tahun, kami memanggilnya Adis, bicaranya pun sopan, entahlah padahal kedua orang tuanya bekerja, sejak kecil anak itu lebih banyak di asuh oleh neneknya dan pembantunya, namun anaknya tidak nakal dan tidak pula bertutur kata buruk. Kami sempat foto-foto bersama. Setelah kami kembali dari indo, beberapa bulan kemudian kami mendengar gadis cantik itu sakit dan koma di rumah sakit, sedih dan rasa tak percaya menyelimuti hati ini, anak-anak juga demikian adanya, mereka merasa tidak percaya dengan kabar itu, karena memang gadis kecil itu sangat periang dan tidak terlihat seperti anak yang sedang sakit, dan beberapa hari setelah kabar koma itu, maka kabar berikutnya adalah kepergiannya yang mendadak, mengejutkan hati saya, suami dan anak-anak, saya menangis karena tidak menyangka secepat itu, kepergiannya bertepatan dengan hari ulang tahunnya, memang bila Allah berkehendak " jadilah maka jadilah " tak ada yang dapat menghalanginya, tidak juga kedua orang tuanya, yang merasa sangat kehilangan. Yah….semua hanyalah titipan, tak ada yang memiliki kecuali yang di atas. demikian juga dengan kabar sedih yang saya terima beberapa hari lalu tepatnya jam dua malam waktu Jerman, saya mendapat kabar, dosen saya sewaktu di ma´had alhikmah dulu, ustadzah Yoyoh yusroh berpulang ke Rahmatullah, setelah kecelakaan, beliau adalah seorang ustadzah yang tangguh dan kuat, beliau memiliki kesibukan yang amat sangat, dengan tiga belas anak yang juga harus beliau didik, kepergiannya membawa kenangan tersendiri, dulu waktu tahun 1991, ketika pertama kali saya masuk ma´had, beliau lah yang menguji saya, dengan bacaan tajuwid yang masih berantakan, beliau meluluskan saya, dan bisa bersekolah di sana, namun waktu tidak berpihak banyak pada saya, di tahun 1993 saya harus keluar dari ma´had, karena harus ikut suami ke luar negeri. Jodoh, Maut dan Rizki Allah swt yang mengatur, ketika saya habis melahirkan anak pertama, saya sempat bertemu kembali dengan beliau, ingatan beliau sungguh bagus, karena sewaktu saya hendak berangkat ikut suami, saya minta izin cuti dari ma´had, tapi masa cuti itu habis, karena sudah melewati waktunya, dan saya belum bisa kembali ke ma´had, saat pertemuan itu beliau mengenali saya, sungguh ingatannya sangat luar biasa. Sambil tersenyum beliau berkata " ini dia murid ma´had yang D-O " saya yang mendengar kata-kata beliau langsung tersenyum dan memeluknya, lalu beliau melanjutkan kata-katanya sebelum saya utarakan alasannya " gak apa-apa, kan wajib ikut suami " begitu katanya, sambil menatap saya dengan lekat. Kini beliau telah kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa, terasa baru kemarin saya dan beliau bercengkrama, dan barcerita tentang bagaimana menanamkan akhlaq dan aqidah yang kuat pada anak-anak yang lahir dan besar di negeri yang dikelilingi oleh orang-orang kafir. Selamat jalan ustadzah, semoga Allah pertemukan kita kembali ditempat yang lebih baik, terima kasih atas semua yang telah ustadzah berikan kepada kami. Ya….Allah lapangkan lah kuburnya, berilah beliau tempat yang indah dan tenang, hapuslah segala sedih dan resah dihatinya, bahagiakanlah beliau di alam sana, seperti beliau yang selalu memberikan kebahagiaan pada semua orang didunia ini. Amiiin Allahuma Amiin. HDH montag 23 mei 2011 " Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." Al-imran 185
“Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu”.Itulah kalimat bijak dan penuh hikmah. Penuh makna dan bisa menjadi renungan kita. Momentum buat kita introspeksi diri. Agar kita senantias berdoa untuk yang terbaik, berpikir lebih positif dari hari ini. Lalu, pasrah sambil tetap istiqomah di jalan Allah SWT. Karena apalagi yang bisa kita perbuat, selain ikhtiar dan berserah kepada-Nya. Anda, saya, kita dan yang ada di sekitar kita, HANYA titipan Allah …Cobaan dan ujian bisa datang kapan saja, tanpa kita minta tanpa bisa ditolak. Musibah bisa silih berganti datangnya, apalagi kalau bukan untuk menguatkan kita. Senang dan bahagia, bisa datang untuk menghibur kita kkarean tidak ada duka yang di dekat kita, akan dan bisa datang silih berganti. Siang akan berganti malam, duka berganti suka, sesal berganti bahagia, dan seterusnya. Semua ada dalam hidup kita dan sudah menjadi suratan Takdir-Nya …Apa artinya untuk kita?Artinya, di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Hanya Allah SWT yang abadi. Semuanya titipan Allah. Segala yang kita miliki terlalu mudah untuk lepas dari genggaman. Cepat atau lambat, orang-orang yang kita cintai, harta kekayaan dan segala yang kita miliki tiba-tiba akan berkurang atau pernah kita sangka, tiba-tiba salah satu anggota keluarga yang kita cintai meninggal dunia. Apalagi pangkat dan jabatan yang kita sandang, terlalu mudah untuk hilang. Itulah misteri hidup dan dapat menimpa siapa hanya titipan Allah. Termasuk anak, istri, suami kita. Begitu pula harta, pangkat dan jabatan. Sekadar titipan sekaligus amanah untuk kita. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya titipan Allah. Tinggal kita mau merenunginya atau tidak?Ya, hanya titipan Allah. Seperti yang sehari-hari dialami tukang parkir. Di lahan parkir, berbagai merek mobil atau motor datang menghampirinya. Dari yang mahal hingga yang murah. Dari yang masih mulus sampai yang sudah penyok. Sesaat saja, tukang parkir bisa menguasai puluhan atau ratusan kendaraan. Ingat, untuk beberapa saat itu, ketika sore tiba, ketika malam datang. Semua kendaraan pergi dan diambil kembali oleh pemiliknya. Si tukang parker tak punya apa-apa, sendiri lagi. Sepi tiada yang dipunya. Karena semua hanya “titipan” hebatnya, si tukang parkir tak pernah mengeluh. Tugasnya menjaa saat dia punya, dan membiarkkan yang dijaganya pergi. Karena semua hanya titipan. Si tukang parkir tak pernah berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Dia tidak pernah menolak. Atau protes sekalipun kepada sang pemilik. Karena si tukang parkir sadar. Ia mengerti, semua kendaraan itu hanya titipan. Sekali lagi, hanyalah titipan !Dulu, saat kita lahir, tidak sehelai benangpun kita bawa. Kita memang bukan siapa-siapa. Tak mampu melakukan apapun selain menangis. Mengucurkan air Allah menitipkan rezeki-Nya kepada kita. Melalui air susu Ibu, energi kita tercukupi dan bisa bertahan hidup. Allah berikan pakaian, selimut, minyak kayu putih, air, dan sebagainya. Kebutuhan kita menjadi terpenuhi. Hingga akhirnya, kita bisa sebesar ini, semampu sekarang. Tidak lain, itu semua karena kemurahan cukupkah? Belum. Allah masih karuniakan kita lagi berbagai perhiasan dunia. Kita diberi pasangan dan anak-anak. Harta yang cukup atau melimpah. Kita dititipkan pangkat, jabatan, juga nama baik di mata manusia lainnya. Sekali lagi, itu semua berkat kemurahan lagi, kita makin sadar setiap apa yang kita miliki adalah titipan Allah. Sepatutnya, sebagai pihak yang dititipi kita harus menjaga titipan dengan amanah. Walau kita tahu, tidak sedikit manusia yang menyia-nyiakan titipan Allah. Karena masih ada orang tua yang menelantarkan anaknya. Masih ada orang kaya yang bersuka ria dalam kemaksiatan. Masih banyak dari kita yang berfoya-foya dalam kecukupannya …Asal kita eling saja. Sungguh, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Pasangan hidup adalah titipan, bimbinglah di jalan Allah. Anak-anak adalah titipan, didiklah di jalan Allah. Harta juga titipan, gunakanlah untuk kebaikan di jalan Allah. Pangkat atau jabatan adalah titipan, embanlah dengan amanah, jujur dan bertanggung jawab. Agar semuanya menjadi ibadah yang kita miliki adalah titipan Allah. Tak perlu tinggi hati. Tak perlu sombong. Anak-anak yang lucu dan pintar. Pasangan yang berparas indah. Rumah yang megah. Pangkat atau jabatan tinggi. Harta kekayaan yang berlimpah. Semua itu adalah titipan. Semua itu amanah agar kita mampu mengelolanya untuk menggapai ridho Allah. Amanah untuk merengkuh jalan keselamatan, bukan jalan ini bisa jadi pelajaran berharga. Tentang, semua yang kita miliki adalah titipan Allah. Sehingga, jangan ada lagi ucapan dari mulut kita, Ya Allah, kenapa harus aku yang diuji? Mengapa Engkau tidak kabulkan doaku?. Semoga kita tidak termasuk golongan yang berprasangka buruk pada ketetapan Allah. Tidak menyalahkan siapapun. Tapi tetap sabar dan istiqomah menjalani adalah keniscayaan terhadap sunnah Allah. Bergantinya tahun, berpindahnya satu waktu ke waktu yang lain merupakan evolusi masalah demi masalah, ujian demi ujian. Maka kita, dalam keadaan apapun, berkenan atau tidak berkenan, senang atau tidak senang, kita harus tetap cinta kepada Allah. Allah adalah pemilik semesta alam, termasuk pemilik memang penuh warna-warni, Ada suka, ada duka. Ada tawa, ada tangis. Tidak satu pun manusia di dunia ini yang merasa bahagia melulu tanpa sedih. Tak ada juga orang yang sedih melulu tanpa ada bahagia. Itu sudah menjadi hukum Allah. Dan setiap kita sudah punya episode kehidupan masing-masing. Jadi, persoalan bukan terletak pada masalahnya, tapi pada sikap kita terhadap suatu pepatah, bila air di gelas tumpah, biarkan pikiran dan hati tak tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Karena semua terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kita perlu kuatkan pikiran dan hati. Agar kita lebih sabar dan selalu ikhtiar di jalan Allah. Sebagai hamba-Nya, apa yang menjadi jatah kita pasti Allah berikan. Tapi apa yang memang bukan jatah kita, Allah pasti tidak akan berikan. Meski ia nyaris menghampiri kita, mati-matian kita mengusahakannya, percayalah ia tidak akan bisa kita miliki jika memang bukan jatah setiap persoalan hidup patut kita sikapi dengan baik. Kita semua butuh pikiran, mental, dan hati yang luas. Hati yang jembar untuk mengalahkan samudera persoalan hidup di dunia. Memang, seolah kamuflase. Tapi, kita patut merenungkannya. Sambil mempelajari sikap yang mungkin terlalu sering kita lupakan selama hidup. Apa itu?1. Hati yang selalu siap dalam menerima apapaun yang terjadi. 2. Tetap ikhlas jika apapaun sudah terjadi. 3. Tak perlu berptus asa, apalagi mengeluh. 4. Tetap introspeksi diri. 5. Bersandar hanya kepada tak perlu bersandar ke selain Allah. Agar tak takut sandarannya hilang. Istri yang bersandar kepada suami, takut kehilangan suaminya. Karyawan yang bersandar kepada kantor, takut kehilangan saya, buat sahabat, mari tanamkan dalam hati dan pikiran kita, lalu katakan, “Semua hanya titipan Allah.” Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena sesuatu. YukEling
hadits semua hanya titipan allah