🌩️ Mundurnya Presiden Soeharto Membawa Habibie Menggantikan Menjadi Presiden
Soehartomundur digantikan oleh BJ.Habibie. "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998," kata Soeharto dalam pidato terakhirnya sebagai presiden Indonesia. Sebelum Soeharto memutuskan mengundurkan diri, banyak peristiwa penting terjadi.
seusaisoeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan bj habibie mengucapkan sumpah sebagai presiden, panglima abri jenderal tni wiranto dalam pidatonya menyatakan, abri akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris mpr, termasuk mantan presiden soeharto dan keluarga. fmundurnya soeharto menurut artikel yang lain:
. Jakarta - Tanggal 21 Mei 1998 ditandai sebagai awal dimulainya era reformasi setelah perjalanan panjang rakyat Indonesia menuntut perubahan. Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden setelah didesak rakyat Indonesia untuk menyudahi pemerintahannya yang dinilai otoriter dan tidak mampu mengatasi krisis moneter yang terjadi saat moneter inilah satu dari beberapa faktor yang melatarbelakangi runtuhnya kekuasaan Soeharto di era Orde Baru yang telah bertahan selama 32 tahun. Ekonomi jatuh dan kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintah hilang, demonstrasi besar-besaran terjadi di mana-mana dan kerusuhan akibat kecemburuan sosial pun tak dapat rusuh yang identik dengan penjarahan dan perusakan toko dan rumah, serta beberapa kasus pelecehan seksual terhadap perempuan, peristiwa tersebut dikenang sebagai Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan mendapat banyak kecaman dari berbagai ini kronologi berdirinya era Reformasi menggantikan era Orde Baru, dilansir dari berbagai 1 Mei 1998, Presiden Soeharto mengatakan reformasi baru dapat dilaksanakan pada 2003, pernyataan tersebut disampaikan melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Dachlan. Sehari kemudian, 2 Mei 1998, pernyataan yang mendapat respons keras dari sejumlah kalangan, termasuk mahasiswa saat itu, diralat oleh Presiden Soeharto, pihaknya kemudian menyatakan reformasi dapat dilakukan sejak saat itu, yakni hari yang sama, Presiden Soeharto memangkas subsidi energi mengikuti saran dari International Monetery Fund atay IMF. Karuan saja keputusan tersebut menyulut aksi penolakan dari mahasiswa di beberapa wilayah di Indonesia. Sebab, akibat kebijakan tersebut harga Bahan Bakar Minyak atau BBM naik dari Rp700 menjadi per 3 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang pimpinan DPR, partai politik, dan partai Golongan Karya atau Golkar. Meskipun pertemuan tersebut tidak lazim, Presiden Soeharto berdalih acara tersebut merupakan pertemuan silaturahmi dan konsultasi setelah sidang umum MPR. Pertemuan dilakukan di kantor Presiden Soeharto di Bina Graha, Kompleks Istana Merdeka selama 90 pertemuan itu disampaikan Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan. Hartono mengatakan, dalam pertemuan tersebut Soeharto menyampaikan keinginannya supaya DPR menggunakan hak inisiatif, untuk itu Soeharto meminta DPR untuk menyiapkan perangkat sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk mereformasi sejumlah rambu-rambu harga BBM di tengah ekonomi masyarakat sedang terpuruk memicu demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota di Indonesia, pada 4 Mei 1998 Mahasiswa di Medan, Bandung serta Yogyakarta melakukan aksi demonstrasi yang berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran bentrok dengan aparat keamanan. Demonstrasi besar-besaran masih berlanjut hingga 5 Mei 1998 di Medan, demonstrasi ini juga berujung 9 Mei 1998, Soeharto menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G-15 di Kairo, Mesir, sekaligus kali terakhir lawatan Soeharto ke luar negeri sebagai presiden. Kemudian pada 12 Mei 1998, bertepatan dengan hari Selasa pukul WIB, ribuan mahasiswa Universitas Trisakti melakukan aksi damai untuk menyampaikan aspirasi ke DPR/MPR. Namun aksi pawai tersebut dihadang oleh aparat tersebut berujung pada penembakan aparat keamanan terhadap demonstran yang mengakibatkan empat orang mahasiswa Trisakti tewas. Mereka adalah Hafidin Royan, Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, dan Hendryawan, keempat mahasiswa ini dikenang sebagai pahlawan reformasi dan peristiwa tersebut dinamai Tragedi setelah peristiwa berdarah tersebut, sejumlah mahasiswa dari berbagai Universitas di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Tangerang mendatangi Kampus Universitas Trisakti untuk menyampaikan duka cita. Namun, secara tiba-tiba menjelang tengah hari sekelompok masa datang dari Jalan Daan Mogot menuju Kampus Universitas Trisakti dan bentrok dengan aparat keamanan. Peristiwa tersebut terjadi di bawah jembatan layang Grogol, Jakarta Barat. Hari itu disebut juga dengan Hari Rabu Kelabu 13 Mei 1998, yang menyebabkan Jakarta jadi kota Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 semakin menjadi pada 14 Mei 1998, penjarahan dan perusakan toko dan rumah etnis Tionghoa terjadi di sejumlah kota di Indonesia. Bahkan penjarahan juga terjadi di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya, di antaranya Supermarket Hero, Superindo, Makro, Goro dan Ramayana serta Borobudur. Selain dijarah dan dirusak, beberapa toko tersebut dibakar oleh massa yang 288 orang tewas dan 101 mengalami luka-luka akibat peristiwa itu, data tersebut dicatat oleh Palang Merah Indonesia. Kerugian DKI Jakarta akibat kerusuhan tersebut diperkirakan mencapai triliun dengan perincian sebanyak bangunan rusak, 21 di antaranya merupakan bangunan milik pemerintah. Informasi tersebut disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Di hari yang sama, Soeharto yang tengah berada di Mesir, mengatakan di depan masyarakat Indonesia di Kairo, dirinya bersedia mengundurkan diri apabila rakyat Indonesia memang benar-benar menginginkan hal 15 Mei 1998, Soeharto balik ke Indonesia, setibanya di Jakarta ia memanggil Wakil Presiden Habibie, Wiranto, Kepala Staf Angkatan, Pangdam Jaya Sjafrie Sjamsoeddin untuk mengevaluasi situasi. Selama di Kairo, Soeharto mendapatkan informasi terkait perkembangan situasi kerusuhan dari putri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana. Dalam pertemuan bersama Wakil Presiden dan sejumlah pejabat tersebut, Soeharto membantah bahwa dirinya telah mengatakan bersedia mengundurkan Jakarta semakin mencekam, 16 Mei 1998, warga asing secara massal kembali ke negara mereka dan berusaha secepat mungkin meninggalkan Jakarta, menyebabkan Bandara penuh sesak. Soeharto kembali memanggil Wiranto bersama KSAD Jenderal Subagyo dan Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursyid. Soeharto menginstruksikan kepada mereka untuk membentuk Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban atau pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa dan delegasi mendatangi gedung DPR/MPR untuk menyampaikan aspirasi agar Soeharto mundur dari jabatan presiden, mereka menyebut diri sebagai delegasi Gerakan Reformasi Nasional. Di depan massa, Ketua DPR/MPR Harmoko didampingi sejumlah wakilnya mengadakan siaran pers. Dalam siaran pers tersebut, Harmoko menyampaikan bahwa dirinya dan juga jajaran DPR lainnya juga menghendaki serta menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan kabar tersebut, 19 Mei 1998, Soeharto kemudian memanggil sejumlah tokoh Islam yang terdiri dari sembilan orang. Di antaranya yaitu Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan tersebut berlangsung selama dua jam lebih, para tokoh agama ini menyampaikan bahwa rakyat Indonesia tetap menginginkan Soeharto mundur dari jabatan presiden. Namun Soeharto tetap kukuh bahwa dirinya tetap bisa mengatasi keadaan saat itu, ia menolak mundur dan mengusulkan pembentukan Komite sebelum mundurnya Soeharto, 20 Mei 1998, malam hari Soeharto menerima surat hasil keputusan dari 14 Menteri Koordinator Kabinet Pembangunan VII yang menyatakan sikap tidak bersedia menjabat sebagai menteri dalam kabinet mendatang yakni Kabinet Reformasi maupun reshuffle Kabinet Reformasi. Soeharto merasa terpukul dan ditinggalkan oleh orang-orang kepercayaannya. Malam itu, setelah berdiskusi dengan sejumlah pejabat, di antaranya Wiranto, akhirnya Soeharto bersedia melengserkan jabatannya kepada Wakil Presiden Habibie dan akan diumumkan keesokan 21 Mei 1998, di Istana Merdeka, tepat pukul Soeharto mengumumkan mundur dari jabatan presiden dan digantikan Habibie sebagai presiden ketiga RI. Dengan begitu, dimulainya era KHOIRUL MUHID Baca 23 Tahun Reformasi detik-detik Menentukan Presiden Soeharto Lengser
Jakarta - Selain bulan kelahiran Pancasila, Juni merupakan bulan spesial bagi Masyarakat Indonesia. Pasalnya bulan ini merupakan bulan kelahiran tokoh tokoh penting, termasuk empat dari tujuh Presiden yang pernah memimpin Indonesia. Salah satunya bulan kelahiran Presiden Sukarno yang merupakan Presiden RI pertama yang lahir pada 6 Juni 1901 lalu. Bahkan Juni juga diperingati sebagai bulan Bung KarnoSelain Sukarno, Juni juga merupakan bulan kelahiran beberapa Presiden Republik Indonesia. Oleh sebab itu, dikutip dari berbagai sumber, berikut ulasan Presiden Indonesia yang lahir pada SukarnoSukarno sang proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya dan wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Sukarno atau yang dikenal Bung Karno merupakan putra pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman menjadi bapak bangsa, Soekarno menekuni dunia politik saat masuk sekolah HBS di Surabaya. Di sana ia tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto, tokoh pergerakan nasional yang juga aktif di organisasi Sarekat 1918 hingga 1930-an, Sukarno aktif dalam berbagai organisasi dengan aktivitas untuk mencapai Indonesia merdeka hingga akhirnya memproklamasikan kemerdekan RI Pada 17 Agustus bersama Mohammad Hatta. Melalui Proklamasi tersebut membawa Ir. Soekarno diangkat sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia dalam sejarah Bangsa sebagai Pahlawan Proklamasi sekaligus pencetus Pancasila, Sukarno menduduki jabatannya pada 1945 hingga 1965. Namun, era kepemimpinan Soekarno harus redup setelah terjadinya penculikan dan terbunuhnya 6 perwira tinggi dan 1 perwira pertama TNI Angkatan Darat pada SoehartoSoeharto, Presiden Republik Indonesia kedua, lahir pada 8 Juni 1921 di desa Kemusuk, Yogyakarta. Dikenal dengan sebutan Smiling General, Soeharto dibesarkan keluarga yang sederhana, ayah Soeharto, Kertosudiro merupakan seorang petani, sekaligus pembantu lurah dalam mengelola irigasi diangkat menjadi pejabat Presiden RI pada 1967 menggantikan Soekarno, setelah MPRS menolak pidato pertanggungjawaban Presiden pertama RI atas peristiwa Gerakan 30 September PKI pada kemudian menjadi presiden hingga tahun 1998 setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut. Pada masa pemerintahannya, Indonesia memasuki era pembangunan dan swasembada pangan di dekade 1980-an dan 1990-an. Namun krisis ekonomi menerpa Indonesia dan Asia Tenggara di masa itu, merembet ke perubahan politik yang berakhir dengan memundurkan Soeharto sebagai menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Ia memulai karirnya dari pangkat kopral,. komandan peleton, komandan kompi, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan itu, Soeharto juga menduduki jabatan penting di tubuh angkatan darat. Mulai menjadi Komandan Resimen Infanteri 1 Maret 1953, Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro 3 Juni 1956, kolonel 1 Januari 1957, Panglima Korps Tentara I Cadangan Umum AD 1 Oktober 196, Panglima Komando Pertahanan AD, menjadi mayor jenderal 1 Januari 1962, Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, mayor jenderal, hingga Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat 1962-1965.Rakyat Indonesia berduka karena meninggalnya Presiden RI ketiga BJ Habibie pada 11 September 2019. Bapak Teknologi Indonesia itu tutup usia setelah mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Subroto karena penyakit penyakit gagal jantung. Bacharuddin Jusuf HabibieBacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare 25 Juni 1936. BJ Habibie merupakan insinyur dan politikus pesawat terbang yang pernah menjadi presiden Indonesia, sekaligus pemimpin negara perkembangan teknologi dan ekonomi pada akhir abad ke-20 dan awal abad yang dijuluki Mr. Crack itu, dipanggil kembali ke tanah air untuk membantu membangun industri strategis di Indonesia, yang sebelumnya berada di jerman untuk mengambil gelar master dan doktor. Dalam peran ini dia mengawasi sejumlah usaha yang melibatkan produksi dan pengangkutan mesin berat, baja, peralatan elektronik dan telekomunikasi, serta senjata dan Sempat dikenal sebagai negara yang mampu membangun pesawat terbang dengan CN 235 dan pengembangan N250, krisis ekonomi 1997 kemudian membuat sejumlah inovasi itu terhenti. Habibie kemudian menggantikan Soeharto pada Mei 1998 sebagai Presiden RI Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden4. Joko WidodoJoko Widodo atau Jokowi merupakan Presiden Republik Indonesia ke-7 yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Jokowi lahir di Surakarta, Kota Solo pada 21 Juni merupakan putra dari pasangan sederhana, Noto Mihardjo yang berprofesi berjualan produk kayu dan istrinya bernama Sudjiatmi. Meski besar dilingkungan sederhana, Joko Widodo sempat menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana dari Universitas Gadjah Mada pada memulai karir politik pertamanya saat menjabat Wali Kota Surakarta Solo pada 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012. Selepas itu, Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2012 sebelum terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan Presiden Pilpres 2014 dan Pilpres masa jabatannya pertamanya, Jokowi menjadikan Pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial sebagai program prioritas. Selain itu, ia juga mengupayakan reforma agraria dengan melakukan percepatan penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi terjadinya sengketa di masa jabatannya yang kedua, Jokowi mengalihkan fokus pemerintahan pada pembangunan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara Editor Jokowi Salah Satu dari 4 Presiden Indonesia Ulang Tahun JuniIkuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
› Harmoko yang di tahun 1998 menjabat Ketua DPR/MPR, memberi keterangan pers. “Pimpinan Dewan mengharapkan demi persatuan dan kesatuan, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri,” ujar Harmoko. Kompas/Eddy Hasby Ketua DPR/MPR Harmoko mengumumkan kepada pers, pemilu diselenggarakan medio 1999. Kesepakatan tersebut tercapai pada pertemuan konsultasi yang bersifat tertutup, antara pimpinan DPR, pimpinan fraksi-fraksi DPR dan Presiden BJ Habibie selama 90 menit di Gedung MPR/DPR Jakarta hari Kamis 28/5/1998.Ribuan mahasiswa berduyun-duyun datang ke pusat kota Jakarta, dan menduduki Gedung DPR/MPR, 18 Mei, 23 tahun silam. Mereka satu suara menuntut reformasi bidang politik, ekonomi dan hukum, serta mundurnya Presiden Soeharto dan Wakil Presiden BJ yang kala itu menjabat sebagai Ketua DPR/MPR, lantas memberikan keterangan pers. Hanya dalam waktu lima menit, ia membacakan satu halaman keterangan persnya, dengan ekspresi wajah tanpa senyum. “Pimpinan Dewan baik ketua maupun wakil-wakil ketua mengharapkan demi persatuan dan kesatuan, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri,” ujar Harmoko, sambil bergegas meninggalkan ruangan tanpa bersedia diwawancara petir di siang bolong, pernyataan Harmoko cukup mengagetkan banyak pihak. Bahkan, fraksinya sendiri, Fraksi Karya Pembangunan Golkar, pun saat itu masih belum menyampaikan juga Harmoko, Menteri Penerangan di Era Orde Baru, BerpulangKompas/Johnny TG Pimpinan DPR Ketua Harmoko Wakil Ketua Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad tidak nampak di Gedung DPR, Senin 18/5/1998, membuat pernyataan mengimbau Presiden Soeharto mengundurkan luar itu, pernyataan Harmoko tetap mengundang tanya. Pasalnya, selama ini, Harmoko-lah yang terus mendorong Soeharto agar menjadi presiden periode 1998-2003. Padahal, Soeharto tidak mempermasalahkan jika tidak menjabat presiden kembali. Ia sudah enam kali menjadi presiden saat menurut Harmoko, keinginan mencalonkan lagi Ketua Dewan Pembina Golkar tersebut merupakan kehendak rakyat. “Inilah aspirasi demokrasi,” katanya, seperti dikutip dari arsip Kompas, 17 Oktober Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden pada 21 Mei 1998, Harmoko pun menyampaikan bahwa itu juga tetap merupakan aspirasi rakyat. Ia menolak pendapat yang menyatakan telah menjerumuskan Soeharto dalam posisi yang sulit. “Itu pikiran keliru,” juga Mantan Menteri Penerangan Harmoko Dimakamkan dengan Protokol Covid-19Jalur politik Bung HarmokoSepintas, tidak masuk akal, jika Harmoko ingin menjerumuskan Soeharto. Sebab, hampir seluruh karier politik Bung Harmoko, panggilannya saat itu, dihabiskan bersama Presiden Soeharto. Bahkan, sebutan “orang kepercayaan Presiden Soeharto” melekat 15 tahun Bung Harmoko menjabat Menteri Penerangan, lalu dipercaya menjadi Menteri Negara Urusan Khusus selama tiga bulan. Usai menjabat pembantu Presiden, ia naik pangkat jadi mitra eksekutif sebagai Ketua DPR/MPR.“Suatu lonjakan pergantian peran yang luar biasa. Ibarat wayangan, orang Nganjuk, Jawa Timur, kelahiran 7 Februari 1939 itu cukup lengkap memainkan peran di panggung politik,” tulis wartawan Kompas, Agus Hermawan, seperti dikutip dari arsip Kompas, 3 Oktober Suratno Presiden Soeharto hari Senin meresmikan Gedung Dewan Pers di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, 1 Maret 1982. Tampak Presiden Soeharto sedang mengetik ucapan selamat atas terpakainya Gedung Dewan Pers pada mesin pengolah kata yang dipamerkan, disaksikan oleh Ketua PWI Pusat sebuah wawancara Kompas, pernah ditanyakan soal banyaknya orang yang mengatakan bahwa Harmoko berambisi menjadi wakil presiden. Bapak dua putri dan satu putra itu pun tertawa lepas. "Kalau kita mengikuti omongan orang, kita nggak kerja. Karena itu, lebih baik kita bekerja saja sesuai keyakinan kita," selanjutnya, apakah Anda ingin jadi Presiden? “Saya tidak punya cita-cita. Terus terang saja. Kita harus menyadari diri supaya tidak punya beban,” tutur daging wartawanMeski telah malang melintang di panggung politik nasional, Harmoko tak pernah melupakan dirinya yang hanya sebagai bekas wartawan. "Darah daging saya adalah wartawan," kata mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat 1973-1983 itu dalam berbagai MPR Bambang Soesatyo ingat betul sepak terjang Harmoko. Sebagai wartawan, Harmoko tak cuma dikenal sebagai pemimpin PWI Pusat tetapi juga pendiri Pos Kota yang legendaris hingga Nugraha Ketua Umum DPP Golkar, Harmoko disertai Gubernur Irian Jaya JB Wenas, mengadakan kampanye di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya, Senin 12/5/1997. Masyarakat datang dengan koteka berwarna kuning. Adakah koteka pun mengalami dari itu, pada 1993, Harmoko juga merupakan tokoh sipil pertama yang menahkodai Golkar. Enam ketua umum partai berlambang pohon beringin itu sebelumnya, Suprapto Sukowati, Amir Murtono, Sudharmono, dan Wahono, berlatar tentara.“Lewat program temu kader ke berbagai daerah di Nusantara, Harmoko membuktikan bahwa dirinya tak kalah dengan para jenderal,” ucap Bambang, yang juga Wakil Ketua Umum DPP pada Pemilu 1997, Golkar mendapat 74,51 persen suara. Raihan suara tersebut meningkat sekitar 6 persen dari Pemilu 1992, yakni 68,10 persen. “Itu rekor prestasi yang hingga kini belum terpecahkan,” kata SUSANTO Sesepuh Golkar-Sejumlah sesepuh Partai Golkar hadir dari kiri, Abdul Latief, Harmoko, Baramuli dalam pembukaan Musyawarah Nasional VII Partai Golkar di Bali International Convention Center , Nusa Dua, Bali, Kamis 16/12/2004.Wakil Ketua Umum DPP Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung juga mengamini prestasi Harmoko itu. Menurut dia, di periode kepemimpinan Harmoko, Golkar meraih salah satu perolehan suara tertinggi selama mengikuti pemilu.“Di internal Golkar, Pak Harmoko juga memperkenalkan istilah tiara hari tanpa penggalangan’ yang menginspirasi para kader saat ini dalam melakukan konsolidasi organisasi tiada henti,” ujar sebuah wawancara Kompas, Harmoko menyadari bahwa ia merupakan orang pertama warga negara Indonesia dari pasca-1945 yang menduduki jabatan ketua umum Golkar. Ia pun menyadari, dengan posisi itu, ada pula yang tidak suka dengannya.“Itu wajar saja kalau ada yang tidak suka. Di dalam hidup ini kan ada orang yang senang dan ada yang tidak. Dan saya dalam hidup ini selalu mengambil hikmahnya. Terhadap yang senang dan suka pada saya, saya menyampaikan terima kasih. Terhadap yang tidak senang kepada saya, juga saya menyampaikan terima kasih,” ucap TG Akbar Tandjung kanan terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat DPP Golkar periode 1998-2003 menggantikan Harmoko, 8/9/1998.Ia melanjutkan, “Dengan cara itu, saya tidak menanggung beban dan saya tidak mengembangkan permusuhan. Kan enak, semuanya ini warga negara, semuanya kawan sambil tertawa, jadi kenapa kita harus mengembangkan pemikiran-pemikiran yang bersifat konfrontatif, yang bersifat bermusuhan.”Minggu 4/7/2021 malam, Harmoko bin Asmoprawiro 82, berpulang. Ia telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Selamat jalan Bung!
mundurnya presiden soeharto membawa habibie menggantikan menjadi presiden